Jumat, 15 Juli 2011

"arti cinta dalam sebuah pernikahan.."

Assalamu'alaikum
akhirnya jadi juga nih blog hehehhe
hmm..
waktu liburan kayak gini..
membuatku punya bnyak waktu utk berfikir dan  merenungi hidup ini (ceileh!)
bingung mau menuangkan fikiranku dimana..
alhasil blog ini jadi sasarannya hehehhe

hmmm...
beberapa hari ini i'm thinking about love..
love..yg mampu menyatukan dua insan berbeda..
dua isi kepala yg berbeda..
karakter yg berbeda..lalu..
seberapa pentingnya arti cinta dalam sebbuah prnikahan itu??
Berikut saya kutip sebuah kisah sederhana dari sebuah blog, yang menggambarkan arti cinta dalam sebuah pernikahan :

Suami saya adalah seorang Insinyur, saya mencintai karakternya yang mantap dan saya mencintai perasaan hangat saat saya berbaring di bahu lebarnya.

Tiga tahun masa berpacaran, dua tahun menikah; harus saya akui bahwa saya mulai merasa lelah. Alasan saya dahulu mencintainya telah berubah menjadi penyebab semua perasaan gelisah.

Saya adalah seorang wanita yang sentimentil dan sangat sensitif ketika berkaitan dengan nilai sebuah hubungan dan perasaan, saya merindukan masa-masa romantis bagai seorang gadis kecil mengharapkan permen manis. Sedangkan suami saya adalah kebalikan saya, sifat yang tidak sensitif dan ketidak mampuan untuk menghadirkan momen romantis dalam pernikahan kami telah mengecilkan arti cinta di dalam hati saya. Suatu hari saya akhirnya memutuskan untuk mengatakan kepadanya mengenai sebuah keputusan besar, bahwa saya ingin bercerai.

"Kenapa?" tanyanya, sambil terkejut. "Aku lelah, aku merasa tidak ada alasan untuk mempertahankan semua ini!" jawab saya. Dia terus terdiam sepanjang malam, sepertinya berpikir sangat dalam dengan ditemani rokok yang terus menyala. Perasaan kecewa saya semakin mendalam, hadir di depan saya seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan kesulitannya, apa lagi yang dapat saya harapkan dari dia? Dan akhirnya dia bertanya kepada saya : "Apa yang dapat aku lakukan untuk mengubah pikiranmu?"

Seseorang pernah berkata, sangat sulit untuk mengubah kepribadian seseorang, dan saya merasa telah kehilangan kepercayaan terhadapnya. Sambil menatap matanya dalam-dalam saya menjawab : "Aku akan menanyakan sebuah pertanyaan, jika kau dapat menjawabnya dan meyakinkan hatiku, aku akan berubah pikiran. Misalkan, aku menginginkan sekuntum bunga yang berada di tebing gunung yang curam, dan kita berdua tahu bahwa dengan mengambil bunga itu akan mengakibatkan kau meninggal, apakah kau tetap akan melakukannya buatku?" Dia menjawab : "Aku akan memberikan jawabannya besok..." Harapan saya pun kandas dengan mendengar respon seperti itu.

Saya bangun keesokan paginya dan tidak menemukan dia, namun sebagai gantinya ada sebuah kertas bertuliskan sesuatu di meja makan dekat pintu depan di bawah gelas susu, yang berkata... "Sayangku, aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tapi biarkan aku menjelaskan alasannya lebih jauh..." Baris pertama telah menghancurkan hati saya. Namun saya terus membaca.

"Ketika kau menggunakan komputer dan kau selalu mengacaukan program-program di dalamnya, kau menangis di depan monitor. Aku harus menyimpan jari-jariku supaya aku dapat membantu memulihkan program-program yang kacau tersebut. Kau selalu ketinggalan kunci rumah sebelum berangkat, sehingga aku harus memelihara kaki-kakiku supaya dapat berlari untuk membukakan pintu untukmu. Kau suka bepergian tapi kau selalu kehilangan arah di sebuah kota baru, aku harus menjaga mataku untuk menunjukkan jalan kepadamu. Kau selalu mengalami keram ketika "sahabat baik"mu datang setiap bulan, aku harus menjaga telapak tanganku supaya aku dapat menenangkan keram di perutmu. Kau suka berada di dalam rumah, dan saya kuatir kau akan terjangkit penyakit autis. Aku harus menjaga mulutku supaya dapat bercerita lelucon-lelucon dan kisah-kisah menarik untuk menyembuhkan rasa bosanmu. Kau selalu menatap layar komputer, dan hal itu tidak baik bagi matamu, aku harus memelihara mataku supaya saat kita tua, aku dapat membantumu menggunting kuku dan membantumu mencabut rambut-rambut putih yang menjengkelkan. Juga supaya aku dapat menggandeng tanganmu ketika berjalan menyusuri pantai, sambil menikmati sinar mentari dan pasir yang indah... Dan memberitahumu warna bunga-bunga yang berseri seperti wajah mudamu... Demikian, sayangku, kecuali aku yakin bahwa ada seseorang yang dapat mencintaimu lebih dari aku... Aku tidak akan memetik bunga itu, dan mati..."

Air mataku jatuh menetes di atas kertas, memudarkan tinta tulisan tangannya... dan saat saya meneruskan membaca... "Sekarang, setelah kau selesai membaca jawabanku, jika kau puas, tolong bukakan pintu depan karena aku sedang berdiri di sana sambil membawa roti dan susu segar kesukaanmu... Saya berlari membuka pintu depan, dan melihat wajahnya yang penasaran, dengan kedua tangannya mencengkram sebotol susu dan sepotong roti...

Sekarang saya sangat yakin bahwa tidak akan ada orang lain yang mencintai saya seperti dia, dan saya memutuskan untuk tidak memetik dan membiarkan bunga bunga itu di tebing...

Sumber : http://academictips.org/blogs/great-marriage-story/

Itulah hidup dan cinta. Ketika seseorang diselimuti cinta, perasaan yang meluap mulai memudar, dan seseorang cenderung untuk mengacuhkan cinta sejati yang justru menjadi dasar dari perasaan yang ada.

Cinta hadir dalam berbagai bentuk, kecil maupun besar; cinta tidak pernah hadir dalam sebuah model tertentu, ia bisa menjadi bentuk yang paling membosankan... Bunga-bunga, dan momen-momen romantis hanya digunakan dan muncul di permukaan dari sebuah hubungan. Dasar dari semua ini, sebuah pilar cinta sejati berdiri... dan itulah hidup kita... Cinta, bukan kata-kata yang mengatasi segalanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar